Topik Utama
“Siapkan Diri Sebelum Kesempatan Datang, Jangan Tunggu Kesempatan Datang Baru Mempersiapkan Diri. Dijamin Ga Akan Sempat…”
Kalimat ini selalu Saya sampaikan pada setiap mengisi materi di semua kegiatan pelatihan atau workshop dengan audience para pelaku UMKM dimana saja berada, termasuk UMKM Kota Pontianak dan UMKM Kabupaten Kubu Raya.
Meskipun dalam perjalanannya selama ini Saya bukanlah berstatus sebagai pemilik usaha atau istilah kerennya sering disebut sebagai Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM), namun berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama ini ternyata ada satu kalimat yang harus diingat.
Siapkan Diri Sebelum Kesempatan Datang
“Pak, saya mewakili dari perusahaan di Jakarta. Saya mengetahui informasi mengenai Bapak dari Google. Maaf mau bertanya, untuk produk VCO yang Bapak promosikan di website apakah saya bisa mendapatkan informasi detail mengenai jumlah produksi bulanannya dan jenis kemasannya. Kami sekarang sedang mencari supplier untuk produk VCO dengan kebutuhan per bulan minimal 20 ton.”
Pesan diatas merupakan salah satu dari beberapa pesan yang saya terima via whatsapp ketika informasi mengenai produk yang dipublikasikan di BloggerBorneo.Com masuk dalam peringkat satu halaman pencarian Google. Alhamdulillah untuk beberapa keyword produk lokal, SEO nya bekerja dengan baik.
Tak lama setelah menerima pesan tersebut, saya langsung menghubungi pemilik usaha produksi VCO tersebut. Saya mengenal sosok ini dalam satu kesempatan mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalbar. Agar informasinya detail, saya mengajaknya bertemu di sebuah warkop di kawasan Kota Baru Pontianak.
Skala Produksi Terbatas, Hasil Belum Maksimal
Setelah bertemu dan berbincang panjang lebar, didapatlah satu kesimpulan bahwa PRODUK TERSEBUT BELUM SIAP. Jangankan mau cerita minimal 20 ton sebulan, kapasitas produksi hariannya masih sangat kecil. Hal ini dikarenakan infrastruktur pendukung produksinya belum maksimal sehingga hasilnya juga tidak bisa besar.
Bicara kapasitas produksi, memang tidak akan dapat lepas dari faktor infrastruktur pendukungnya. Sekarang jadikan produk VCO ini sebagai contoh, untuk dapat menghasilkan produk berkualitas baik dan sesuai standar, rekomendasi menggunakan mesin sentrifugal. Meskipun harganya lebih mahal ketimbang proses manual, namun kapasitas produksi bisa lebih banyak dan cepat.
Jadi memang ketika target pemilik UMKM tersebut adalah NAIK KELAS, GO ONLINE, MENANJAK, LEVEL UP, atau apapun istilahnya, tetap harus memiliki perencanaan jangka panjang. Membangun usaha berbeda dengan membangun bisnis. Jika USAHA sifatnya cukup untuk hidup sendiri, maka sifatnya BISNIS akan lebih luas lagi.
Terus Belajar dan Scale Up
Kisah diatas merupakan salah satu contoh nyata yang saya alami sendiri. Dan yakinlah diluar sana masih banyak lagi para pemilik UMKM memiliki kondisi serupa. Kehadiran program-program dari pemerintah seperti UMKM Naik Kelas, UMKM Go Online, UMKM Level Up sebenarnya hanya menjadi brainstorming awal karena tidak selamanya dukungan ini diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan saya, sejak awal berada dalam lingkungan UMKM di Kalimantan Barat terutama, kondisi ini adalah umum dan lumrah. Dari ribuan data UMKM yang masuk dalam daftar dinas, ga sampai sepersepuluh yang produknya bisa “terbang” sampai kemana-mana. Paling jauh hanya sebatas ikut event pameran dan eksebisi, setelah itu??? (jawab sendirilah ya…)
Di Kalimantan Barat sendiri, ada beberapa produk yang saya pernah ajak diskusi langsung dengan pemiliknya. Salah satu diantaranya adalah Madu Syaiful. Sejak awal mulai menjalankan usaha beberapa tahun lalu, Alhamdulillah untuk sekarang produknya sudah masuk pasaran Sarawak, Malaysia.
Terlibat Langsung dalam Proses Pengajuan BPOM
Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman ketika diajak bergabung dalam manajemen CV Borneofood Indotama. Sekitar akhir tahun 2019 sudah mulai aktif untuk memperkenalkan produk bakso kemasannya yang awal mulanya dari usaha rumahan milik orang tua sang pemilik perusahaan. Berpikir bagaimana melakukan scale up terhadap produk bakso tersebut.
Jika ditanya berapa lama prosesnya, dari awal mulai mendirikan tempat produksi hingga produk bakso kemasan “Bakso Borneofood” jadi dan siap edar di Kalimantan Barat membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 tahun. Khusus untuk proses BPOM sendiri, masih cukup kuat ingatan mulai pengajuannya di bulan Maret 2020 dan baru keluar izinnya secara resmi di Maret 2021.
Untuk kisah mengenai alur prosesnya, mungkin saya tidak akan jelaskan disini. Jika memang berminat untuk diskusi langsung, bisa langsung ketemuan saja. Bukan apa, kisah 1 tahun tentu tidak akan dapat dijabarkan dalam satu tulisan. Mungkin bisa sampai berpuluh-puluh lembar jika harus dituangkan keatas kerta.
Beda Bahan Baku, Beda Perlakuan
Ada satu hal utama yang harus diperhatikan oleh para pemilik usaha dimana saja berada. Sebuah produk diwajibkan untuk memiliki izin edar dari BPOM ketika menggunakan bahan baku kategori high risk (resiko tinggi), salah satu diantaranya adalah Daging Sapi. Oleh karena itu untuk produk BAKSO KEMASAN, perlakuannya khusus.
Foto diatas merupakan hasil dokumentasi ketika CV Borneofood Indotama ikut serta dalam Pameran UMKM di Borneo Convention Center Kuching (BCCK) pada pertengahan tahun 2019. Pada saat itu proses registrasi BPOM baru akan dilakukan. Masih dalam tahap finishing pabrik sebelum tim auditor BPOM Kalimantan Barat melakukan proses pemeriksaan.
Sedangkan dokumentasi diatas memperlihatkan Tim Auditor Dinas Peternakan Kalimantan Barat sedang berkunjung ke pabrik bakso kemasan yang berada di Balai Karangan, Kabupaten Sanggau. Kunjungan ini terkait dengan proses pengajuan izin NKV (Nomor Kontrol Veterineer) yang wajib dimiliki oleh setiap pemilik usaha bidang distributor daging beku dan sejenisnya.
Kata Kuncinya adalah MAU dan MODAL
Mohon maaf sebelumnya jika statement saya diatas kesannya agak tegas karena ketika seorang pemilik usaha punya target jangka panjang mengembangkan usahanya menjadi sebuah bisnis, maka dua kunci utama yang harus dimiliki adalah KEMAUAN dan MODAL.
“Bang, katanya ngurus HALAL dan BPOM itu GRATIS ya?” pertanyaan seperti ini sudah cukup sering saya dengar dari para pemilik UMKM di Kalimantan Barat.
Memang dalam proses pengajuannya, tidak ada biaya yang akan dikenakan kepada para pemilik produk yang ingin mendaftarkan Sertifikasi Halal MUI dan BPOM. Tapi berdasarkan pengalaman pribadi, pada saat proses pengajuan siap-siap saja mengeluarkan modal untuk memenuhi standar pemeriksaan.
Yang harus menjadi pusat perhatian disini adalah ketika bicara mengenai SH HALAL MUI, tidak seketat BPOM. Meskipun begitu kondisi tempat produksi, merek bahan baku yang digunakan, mekanisme alur selama proses produksi akan diperiksa dan harus sesuai dengan standar penilaian mereka.
Penutup
Sekarang setelah membaca tulisan ini, apa yang ada di benak pikiran Anda terutama yang memiliki usaha sendiri dirumahnya. Sebenarnya tulisan ini dibuat bukan bermaksud ingin menakut-nakuti, akan tetapi lebih ke berbagi pengalaman sendiri ketika saya berada dalam manajemen perusahaan bakso kemasan lokal pertama di Kalimantan Barat yang tembus izin edar BPOM.
Sedangkan untuk Madu Syaiful, saya hanya memantau saja pergerakannya sejak awal pemiliknya mulai menjalankan bisnisnya. Alhamdulillah di tahun ini produknya sudah mendapatkan dukungan penuh dari salah satu perusahaan ekspedisi dan jaringan pemasaran supermarket besar di Sarawak, Malaysia.
Diharapkan kedepannya akan semakin banyak lagi produk-produk lokal Kalimanntan Barat khususnya dan Indonesia umumnya dapat masuk dan dijual secara bebas di negara luar.
Ya tentu saja mulai dari saat ini, ketika selesai membaca tulisan ini, Anda dapat mulai berpikir dan memasang target jangka panjang untuk berkembang. Sukses selalu UMKM Kalimantan Barat… (DW)
Leave a Comment